Sabda Rasulullah SAW : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” ........................ " Jadikan Jakarta Kota Sayyidina Muhammad SAW" ..........................." Jadikan Rasulullah SAW Idolamu !"(Shahih Bukhari)

Selasa, 25 Januari 2011

Maulid Bid`ah ? Yang bilang Bahlul.....

Siapa yang bilang Maulid itu Bid`ah ? Itu orang dah Bahlul.. Ni di baca....

Dalil-Dalil Peringatan Maulid Nabi SAW
oleh :

Sayyid Muhammad Al-Maliki


Yang pertama merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri, yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’.
Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pertama, peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena
kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya? — Red.al-Kisah)

Kedua, beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.

Ketiga, gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS Yunus: 58).

Jadi, Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107).

Keempat, Nabi SAW memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.

Kelima, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).

Apa saja yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, berarti hal itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.

Keenam, dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.

Ketujuh, peringatan Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaqnya yang utama.

Dulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan qashidah-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya, bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan keridhaannya.

Kedelapan, mengenal perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.

Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara’. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.

Kesembilan, mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk pengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.

Kesepuluh, dalam ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari Jum’at, disebutkan bahwa salah satu di antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan.” Hal itu menunjukkan dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?

Kesebelas, peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara’, berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

Kedua belas, dalam peringatan Maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.

Ketiga belas, Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tentang beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.

Keempat belas, tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan tidak ada di awal Islam berarti bid’ah yang munkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib untuk ditentang. Melainkan apa yang “baru” itu (yang belum pernah dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.

Kelima belas, tidak semua bid’ah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Abu Bakar, Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini.” Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan dikatakan bid’ah yang haram apabila semua bid’ah itu diharamkan.

Keenam belas, peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bid’ah, adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), karena ia tercakup di dalam dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).

Jadi, peringatan Maulid itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan perincian-perincian amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di masa Nabi.

Ketujuh belas, semua yang tidak ada pada awal masa Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincinan amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Karena apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.

Kedelapan belas, Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji.”

Kesembilan belas, setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.

Kedua puluh, memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang Anda lihat, sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.

Kedua puluh satu, semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.

Adapun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu yang wajib diingkari, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilakukannya perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang tak diridhai shahthul Maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut. [infokito]

Wallahu a’lam

Wabillahi taufik wal hidayah
Selanjutnya..

Senin, 24 Januari 2011

Tausiyah Habib Munzir 17 Januari 2011




Majelis Rasulullah SAW

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa
Sunday, 23 January 2011
Terbukanya Tabir Antara Allah swt dan Hamba Nya
Senin, 17 Januari 2011


قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلََّ .
(صحيح البخاري )

Sabda Rasulullah saw : “Jika penduduk sorga telah masuk sorga, maka berfirman Allah swt Yang Maha Luhur kemuliaan Nya : “Ingin kah kalian Kutambahkan sesuatu lagi?”, maka mereka berkata : “Bukankah telah Kau jernih dan membuat wajah kami bercahaya indah?, bukankah telah Kau masukkan kami ke sorga?, dan telah Kau selamatkan dari neraka?”, maka Rasul saw meneruskan : “Maka Allah membuka tabir yang menghalangi mereka dengan Allah swt, maka tiadalah mereka diberi suatu kenikmatan yang lebih mereka sukai dan nikmati dari memandang pada Tuhan mereka Yang Maha Agung dan Luhur. (Shahih Bukhari)

ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ .

Limpahan puji kehadirat Allah, Maha Raja langit dan bumi Maha Penguasa tunggal dan abadi, Maha melihat setiap perasaan, Maha mengubah segenap kejadian, Maha membolak-balikkan keadaan dari kehinaan menuju kemuliaan atau sebaliknya, dari kehidupan menuju kematian dan sebaliknya, dari hati yang hidup menjadi hati yang mati, dosa kehinaan atau sebaliknya. Kalimat “Laa ilaaha illallah”, adalah sumpah setia hamba kepada Allah dan juga sumpah setia Allah kepada hamba, beruntunglah hamba-hamba yang memahami rahasia-rahasia kemuliaannya, dan rahasia kemuliaan Allah itu sudah Allah buka dengan kalimat selanjutnya “Muhammadun Rasulullah”, itulah rahasia kalimat “Laa ilaaha illallah”. Penjuru barat dan timur, langit dan bumi tidak memahami rahasia kemuliaan kalimat “Laa ilaaha illallah” kecuali dengan tuntunan sayyidina Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sepanjang waktu dicipta hingga seluruh waktu berakhir, tidak akan ada yang mencapai puncak pemahaman kalimat “Laa ilaaha illallah” kecuali dengan perantara nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh rahasia keluhuran kalimah itu terpendam dan ada pada tuntunan pembawa ajaran “Laa ilaaha illallah”, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu, tiadalah seorang hamba diakui kalimat tauhidnya “Laa ilaaha illallah” kecuali dengan mengucapkan kalimat “Muhammadun rasuulullah”. Hal ini bukan berarti mengkultuskan nabi atau mensejajarkan nabi Muhammad dengan Allah subhanahu wata’ala, tetapi Allah ingin menunjukkan bahwa kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah” belum sempurna kecuali telah dikenal dari utusan dan kekasih Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman :

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

( الملك : 1-2 )

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan kematian dan kehidupan ntuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( QS. Al Mulk : 2-1 )

Dalam ayat tersebut mengapa Allah terlebih dahulu menyebutkan kematian daripada kehidupan ? karena pada hakikatnya hati seseorang itu mati dahulu baru hidup, jika seseorang mengenal “Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah”, maka hiduplah hatinya, walaupun seseorang lahir dalam keadaan suci namun ia tidak akan tertuntunkan kepada kehidupan yang luhur setelah dewasa kecuali dengan mengikuti tuntunan kehidupan dari nabi kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau para nabi yang sebelum nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau para penerusnya dari para ulama’ dan shalihin. Makna ayat tadi sangat dalam, bahwa setiap manusia yang hidup akan menjadikan kematian itu sebagai pelajaran, orang yang masih hidup banyak melihat orang lain meninggal, dan patut ia sadari bahwa ia pun akan mengalami hal yang sama seperti si mati atau akan senasib dengan si mati, namun nasibnya akan berubah dengan besarnya keinginan untuk membenahi dirinya, karena Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka yang merubahnya sendiri, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

( الرعد : 11 )

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” ( QS. Ar Ra’d : 11 )

Dan Allah telah menjajikan orang-orang yang berbuat baik akan dituntun dalam keluhuran, dan dipermudah menuju jalan kemudahan dalam urusan dunia dan akhirahnya, sebagaimana firman-Nya subhanahu wata’ala :

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ، وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى

( الليل :5-7 )

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” ( QS. Al Lail : 5-7 )

Hal ini menunjukkan bahwa usaha kita dan amal baik kita akan membuat Allah menambahkan kemudahan kepada kita, dan jika kita bersyukur atas apa yang diberi oleh Allah maka Allah akan menambahnya, sebagiamana firman-Nya:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

( إبراهيم : 7 )

"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” ( QS. Ibrahim : 7 )

Maka syukurilah apa yang ada pada diri kita maka Allah akan menambahkannya, walaupun kehidupan kita sangat susah sekalipun maka harus kita syukuri karena masih ada yang lebih susah daripada kita, jika engkau mensyukurinya maka Allah akan memberi tambahan lebih dari apa yang engkau miliki sekarang dengan tambahan kemudahan, keberkahan, rahmat dan lainnya. Oleh sebab itu, kehidupan ini akan semakin mudah jika kita mau bersyukur kepada Allah, semakin banyak seseorang besyukur di siang dan malamnya maka akan semakin banyak pintu rahmat dan kemudahan yang dibuka oleh Allah untuknya, satu sifat mulia ini membuka untukmu berjuta-juta rahasia kemudahan dalam kehidupanmu di dunia dan akhirah, sifat luhur yang diajarkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan membuka berjuta rahmat, keberkahan, kemudahan dunia dan akhirah, belum lagi sifat luhur yang lainnya seperti sabar. Orang yang sabar, yang bisa menahan dan mengendalikan amarahnya, ia tidak akan marah kecuali karena hak-hak Allah. Jika berhubungan dengan hak-hak Allah subhanahu wata’ala maka ia akan marah namun marahnya bukan karena emosi atau nafsunya, jika marah karena emosi maka hal itu adalah dari bisikan syaithan. Maka Jelaslah bahwa marah karena Allah itu adalah marah yang tidak bertentangan dengan syariah muthahharah, tidak bertentangan dengan tuntunan dan akhlak sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana marahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika marah maka beliau akan diam, bukan dengan banyak bicara atau teriak-teriak di jalan, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَاسْكُتْ

“ Jika salah seorang kalian marah maka diamlah ”

Seperti itulah budi pekerti sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu kembalilah kepada tuntunan termulia, tersuci dan teragung yang diajarkan kepada kita dari guru-guru kita, bukan sekedar dari buku, bukan pula dari guru yang tidak jelas, tetapi dari guru-guru yang shalih dan dari guru-gurunya yang shalih sampai pada imam para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka fahamlah kita bahwa keberanian yang hakiki adalah jika kita bisa menahan amarah kita, jika kita bisa menahan amarah kita maka Allah subhanahu wata’ala memberikan kekuatan lebih kepada kita, bukan kekuatan syaitan karena amarah yang bukan karena Allah maka kekuatan itu ada bersama kekuatan syaitan. Adapun marah karena Allah, jika ia dicaci atau dimaki maka ia tidak akan bertambah emosi atau marah, jika ia dicaci atau difitnah dia tidak akan emosi namun hanya menegur balik saja, tetapi marah karena emosi ketika ia dicaci maka akan semakin marah. Dalam riwayat disebutkan ketika peperangan disaat Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw mengangkat pedangnya untuk membunuh seorang musuh yang sudah tidak berdaya itu, dan ketika orang itu meludahi wajahnya, maka sayyidina Ali tidak jadi membunuhnya, kenapa? karena khawatir jika beliau membunuhnya hanya karena emosi bukan karena iman, sebab orang itu meludahinya. Namun ketika seseorang selalu bersabar menahan amarahnya, dan ketika amarah itu memuncak maka kekuatannya akan sangat dahsyat karena dia bersama Allah, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

( البقرة : 153 )

“Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” ( QS. Al Baqarah : 153 )

Oleh karena itu 313 pasukan ahlu Badr bisa mengalahkan ribuan pasukan kuffar quraiys yang menyerang, mereka hanya bersenjatakan tongkat, tombak, dan batu seadanya namun mereka bisa mengalahkan kuffar qurays, karena dibantu demnga kekuatan Ilahi dengan turunnya 5000 malaikat untuk membantu mereka. Adapun seseorang yang marah karena Allah, maka ia tidak akan merasa takut kepada siapa pun, jika marah kepada seseorang karena Allah maka dia akan langsung datang kepada orang itu dan menyampaikannya, tidak berbicara di belakang, jika berbuat demikian maka itu adalah pengecut. Maka jika ada yang salah pada diri saya dan jika punya keberanian datanglah langsung kepada saya, jangan hanya berani bicara dari jauh, karena hal itu adalah kelakuan orang yang pengecut, namun sudah saya maafkan tidak perlu repot seperti Gus Dur bilang “yah biarin aja, gitu aja kok repot”.
Hadirin hadirat tidak perlu tegang, majelis ini adalah majelis rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang tenang dan sejuk, jika ada permasalahan sedikit kita bisa tegang namun segera tenang kembali. Cuma jika ada permasalahan dengan majelis ini maka saya harapkan untuk datang langsung kepada saya, jangan sekedar berbicara dari jauh.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita melihat dan memahami firman Allah subhanahu wata’ala :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

( الملك : 2 )

“Yang menciptakan kematian dan kehidupan ntuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” ( QS. Al Mulk : 2 )

Bahwa kehidupan kita ini sekedar cobaan dari Allah, dimana ada kenikmatan, kesusahan, senang, sedih, sehat, sakit, pujian, cacian, fitnah, dan lainnya, kesemua itu hanyalah cobaan dari Allah, dan yang paling baik diantara manusia adalah yang paling baik amalannya. Namun kita beramal baik pun semampu kita, dalam segala keadaan kita selalu berusaha untuk berbuat baik, dalam keadaan sehat atau pun sakit kita selalu berusaha untuk berbuat baik, maka Allah akan memberi balasannya. Sebagaimana dalam surah Al Mulk, kita melihat bagaiamana Allah subhanahu wata’ala menunjukkan betapa meruginya orang-orang yang lepas dari tuntunan luhur sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga Allah mengikat kita dengan sekuat-kuat tali dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adapaun tali yang terkuat antara Allah dan rasul-Nya adalah sanad keguruan.
Pegang guru kita kuat-kuat, ikuti guru-guru kita selama mereka juga mengikuti guru-guru mereka sampai kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sanad keguruan itu bagaikan mata rantai emas, yang jika digerakkan satu mata rantai maka akan bergerak semua mata rantai yang lainnya hingga ke ujung rantainya, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka jika diganggu satu maka semua akan terganggu sampai kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka sungguh Allah akan memuliakan orang-orang yang mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ RA.

Ada pedang takdir di tangan dakwah sayyidina Muhammad yang lebih tajam daripada pedang besi, pedang takdir itu mengerikan karena menghancurkan nasib, bukan menghancurkan wajah atau badan. Pedang besi hanya bisa menghancurkan badan, namun pedang takdir bisa menghancurkan kehidupan dunia, barzakh, dan akhirah. Di Barzakh ada penjara yang lebih menakutkan dari penjara di dunia, di barzakh pun ada kemiskinan yang lebih menakutkan dari kemiskinan dunia, di barzakh juga ada musibah, kesulitan dan jeritan yang lebih menakutkan dari musibah dan kesulitan di dunia, di barzakh juga ada kemudahan, keluasan, ketenangan, kemewahan, yang lebih indah daripada di dunia, terlebih lagi di akhirat dimana penjaranya lebih menakutkan dan kemewahannya pun jauh lebih menakjubkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ ، تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ ، قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ ، وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ ، فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ ، إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

( الملك : 7-12 )

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya (neraka) meeka dengar suara tangis dan isak dari dalam neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kalian (di dunia) seorang pemberi peringatan?", Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun, kalian tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”, dan mereka berkata: "Sekiranya dahulu kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala, mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala, Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” ( QS. Al Mulk : 7- 12)

Sungguh kehinaan besar bagi penduduk neraka. Adapun orang-orang yang risau tidak dimaafkan oleh Allah, risau jika cintanya tidak diterima oleh Allah, risau jauh dari Allah, takut jika Allah murka atas dosa-dosanya padahal mereka tidak melihat Allah, maka Allah akan memberikan kemuliaan dan pahala yang agung untuk mereka atas kerisauan mereka dan Allah memberi mereka pengampunan atas dosa-dosa mereka, semoga kita termasuk ke dalam kelompok mereka, amin. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ ، عَلَى أَنْ نُبَدِّلَ خَيْرًا مِنْهُمْ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ ، فَذَرْهُمْ يَخُوضُوا وَيَلْعَبُوا حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي يُوعَدُونَ

( المعارج : 40-24 )

“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki timur dan barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan, maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebatilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka.” ( QS. Al Ma’aarij : 40-42 )

Allah mampu mencabut kenikmatan yang ada pada manusia, baik itu kenikmatan secara zhahir atau bathin, namun Allah tidak terburu-buru untuk melakukan hal itu. Kita melihat banyak orang yang pendosa semakin hari keadaannya bertambah makmur, mereka yang tidak mau bersyahadat justru keadaannya semakin dimudahkan, namun ingat Allah Maha Mampu mencabut semua kenikmatan atau kebaikan yang ada pada mereka, akan tetapi Allah biarkan mereka tetap lalai dan bermain-main dalam kebathilan hingga datang hari yang telah dijanjikan Allah untuk mereka, sehingga keadilan akan ditegakkan di hari itu. Jadi jangan cemburu dengan pendosa yang banyak maksiat namun dilimpahi kenikmatan berupa keluasan rizki, karena di hari yang telah dijanjikan kelak akan berlaku keadilan yang sesungguhnya. Beruntunglah orang-orang yang hadir di majelis dzikir, karena kelak keadaan akan berbeda dengan keadaan sekarang. Sekarang banyak orang yang meremehkan dan mentertawakan orang-orang yang hadir di majelis dzikir, namun kelak di hari kiamat orang-orang yang yang dahulu selama di dunia menertawakan orang-orang muslim, seperti orang yang berkata : “ngapain hadir terus di majelis dzikir, dzikir dan dzikir aja, kapan mau maju!!” misalnya , maka orang yang seperti itu kelak akan ditertawakan di hari kiamat. Tentunya sungguh beruntung orang-orang yang mempunyai kepedulian kepada saudara sesama, teman, tetangga, jika kita melihat orang tua kita belum mau mengerjakan shalat, maka jangan dibenci, namun dibimbing dan diajak untuk melakukan shalat, dengan berbuat baik kepada mereka dengan cara apapun misalnya dengan membawakan makanan atau minuman kesukaannya, jika mereka memarahi atau mencaci maka perlakukan mereka dengan lebih baik lagi, jangan justru ditegur dengan kasar, misalnya dengan berkata : “malu punya bapak ngga mau shalat”, maka hal yang seperti ini akan semakin membuatnya enggan dan lebih jauh, maka berilah peringatan tapi jangan sampai membuat orang semakin jauh, peringati dengan cara yang baik, misalnya dengan membawakan makanan kesukaan ayahnya lalu beranjakklah untuk shalat, dan ketika ditanya : “kamu ngga makan?”, maka jawab : “ saya shalat dulu ayah”, maka hal yang seperti itu tanpa kita sadari hal itu adalah cara yang baik untuk member peringatan kepada orang tua kita untuk shalat. Maka semua yang ada disekitar kita, keluarga, anak, istri, suami, saudara dan yang lainnya semua itu adalah tangga untuk kita mencapai keluhuran, sebagai pewaris dan penerus sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada bersama kita, maka beliau yang akan mendakwahi keluarga kita, namun beliau telah mengembankan tugas kepada kita, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً

“ Sampaikanlah (apa-apa) dariku walaupun satu ayat ”

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur ini, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنْ النَّارِ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلََّ

“Jika penghuni surga telah masuk surga, maka Allah subhanahu wata’ala berfirman (kepada mereka): “Apakah kalian ingin Kutambahkan sesuatu?” Maka mereka menjawab: “Bukankah Engkau telah putihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah masukkan kami ke dalam surga dan selamatkan kami dari api neraka?” Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Maka disingkaplah tabir, sehingga penduduk surga tidak memperoleh sesuatu yang lebih mereka sukai daripada memandang wajah Rabb mereka Allah’Azza wa Jalla.”

Ketika Allah telah memasukkan hamba-hamba ke dalam surga, maka Allah bertanya kepada mereka : “Maukah kalian Kutambahkan kenikmatan yang lain?”, maka penduduk surga berkata : “ Kenikmatan apa lagi yang akan Engkau berikan, Kau telah mengampuni dosa-dosa kami, Kau telah menyelamatkan kami dari neraka, dan memasukkan kami ke dalam surga dan kekal di sana, kenikamtan apalagi selain semua ini?”, semua kenikmatan dan apa yang didambakan oleh manusia ada disana, bahkan jauh lebih indah keindahan-keindahan yang pernah ada, sebagaimana firman Allah dalam hadits qudsy riwayat Shahih Al Bukhari :

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لَا عَيْنٌ رأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“ Kusiapkan untuk hamba-hambaKu yang shaleh apa-apa (kenikmatan) yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pula terdengar oleh telinga, ataupun terlintas di hati seorangpun.” (Shahih Bukhari)

Ketika itu Allah membuka tabir penghalang antara mereka ( penduduk surga) dengan Allah, maka mereka tidak menemukan anugerah yang lebih agung dari memandang keindahan dzat Allah. Diriwayatkan bahwa tabir yang menutup antara hamba dengan Allah itu berjumlah 70 tabir, diamana tabir itu adalah paduan antara cahaya, air dan tanah, di dalam tafsir Al Imam Ibn Katsir disebutkan bahwa tabir itu adalah paduan antara air dengan cahaya, dimana ketika tersingkap satu tabir saja maka leburlah gunung Turisinia, cahaya Allah subhanahu wata’ala sangat berwibawa dan berkuasa. Diriwayatkan di dalam tafsir Al Imam At Thabari , riwayat ini tidak shahih namun menjadi penjelas untuk hadits ini, dimana kelak di surga ketika penduduk surga berkumpul, datanglah seseorang yang penuh dengan cahaya, maka orang-orang melihat dan berkata : “siapakah yang datang?”, maka berkatalah para malaikat : “Adam, abu albasyar”, (dia nabi adam, ayah semua manusia) kemudian dia duduk di singgasana yang terbuat dari cahaya.

Lalu datang lagi seseorang yang penuh dengan cahaya, dialah nabi Ibrahim khalilullah, demikian para-para nabi datang kemudian duduk di singgasana-singgasananya masing-masing, adapun para shalihin duduk di atas dipan-dipan cahaya dan para penduduk surga yang lainnya duduk di hamparan misk. Maka di saat itu datanglah seorang yang membawa seluruh cahaya yang pernah datang dari para nabi-nabi sebelumnya, siapakah dia? Muhammad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau duduk di singgasana terdepan. Maka ketika itu terdengarlah suara “Marhaban bi’ibaadi wazuwwari/ selamat datang para hamba-Ku dan para tamu-Ku”, kemudian berhembuslah angin yang beraroma minyak wangi yang bercampur gerimis-gerimis kecil yang mewangikan tubuh-tubuh penduduk surga, dimana aromanya belum pernah tercium sebelumnya dan tidak akan pernah hilang selama-lamanya. Kemudian terdengar lagi suara : “Marhaban bi’ibaadi wazuwwari/ selamat datang para hamba-Ku dan para tamu-Ku” lalu dibagikann kepada mereka (penduduk surga) pakaian-pakaian yang terbuat dari cahaya. Kemudian Allah berfirman : “Marhaban bi’ibaadi wazuwwari/ selamat datang para hamba-Ku dan para tamu-Ku”, maka dihidangkan kepada mereka makanan dan minuman yang kelezatannya belum mereka rasakan sebelumnya. Kemudian Allah subhanahu wata’ala memerintahkan malaikat untuk membuka tabir penghalang , maka tabir pun terbuka kemudian Allah berfirman : “Assalamu’alaikum yaa ‘ibaadii unzhuruu ilayya / salam sejahtera untuk kalian wahai hamba-hamba-Ku, pandanglah Aku”, maka tatkala para hamba memandang dzat Allah mereka roboh dan bersujud, seluruh istana dan pepohonan di surga berguncang karena kewibawaan keindahan dzat Allah ketika tabir itu tersingkap, maka Allah berfirman : “angkatlah kepala kalian, ini bukanlah tempat beramal namun tempat pembalasan kebaikan”. Dan diriwayatkan ketika hamba yang paling terakhir keluar dari api neraka setelah puluhan ribu tahun terpendam dalam api neraka, ia terus menyeru “ Ya Hannan Ya Mannan “, maka setelah beberapa lama Allah berkata kepada Jibril : “wahai Jibril temukan hamba-Ku itu” maka JIbril berkata : “wahai Allah, dia berada di dasar neraka tertindih batu-batu neraka”, Allah berfirman : “angkat dan keluarkan dia”, maka dia pun dikeluarkan dari neraka setelah puluhan ribu tahun berada di dalamnya, tubuhnya hangus karena telah beribu kali hancur di dalam api neraka, maka setelah Allah menampakkan keindahan dzat-Nya kepada hamba itu maka Allah bertanya : “wahai hamba-Ku, berapa lama engkau berada di dalam neraka?”, ia menjawab : “aku belum pernah masuk ke dalam neraka wahai Allah”. Dia lupa dengan pedihnya siksaan di neraka yang ribuan tahun karena memandang keindahan Allah. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman :

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

( القيامة : 22- 23 )

“Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka melihat.” ( QS. Al Baqarah : 22-23 )

Oleh sebab itu rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berdoa:

اَللّهُمَّ ارْزُقْناَ النَّظَرَ إِلَى وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ

“ Ya Allah karuniakanlah kepada kami untuk memandang wajah-Mu yang mulia ”

Diriwayatkan ketika semua hamba telah masuk ke dalam surga dan ada diantara mereka yang masih cemberut dan bersedih, setelah ditanya mereka menjawab : “ kami belum memandang tuhan kami” , maka Allah berfirman : “ wahai para malaikat-Ku, angkatlah tabir yang menghalangi-Ku dengan mereka”, maka para malaikat berkata : “wahai Allah, dahulu mata-mata mereka selalu berbuat maksiat, dan tidaklah pantas memandang keindahan dzat-Mu”, Allah menjawab : “Angkatlah tabir itu, dahulu mata mereka pernah menangis karena rindu ingin berjumpa dengan-Ku, maka biarkan mereka melihat keindahan-Ku”. Maukah engkau melihat keindahan Allah?!, sungguh Allah Maha Melihat sanubari kita, melihat perasaanmu dan apa yang terlintas dalam benakmu saat mendengar rahasia keindahan memandang Allah, sungguh orang yang meminta kepada Allah untuk dihalalkan matanya memandang keindahan Allah, maka niscaya cahaya keluhuran Allah akan berpijar di wajahnya, di sanubarinya, di dalam kehidupannya, doa-doanya, cita-citanya, kesemuanya remeh dihadapan Allah dibandingakan rindu kehadirat-Nya, semua kesuliatan akan disingkirkan oleh Allah selama dalam jiwa kita ada rindu kehadirat-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsy riwayat Shahih Al Bukhari :

مَنْ أَحَبَّ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ مَنْ كَرِهَ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ

“ Barangsiapa yang ingin perjumpaan denganKu maka Aku pun rindu berjumpa dengannya, barangsiapa yang benci untuk berjumpa denganKu Aku pun benci berjumpa dengannya ”

Maka jawablah rindu Allah dengan shalat 5 waktu, sempurnakan shalat 5 waktu kita begitu juga dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya, shalat Jum’at usahakan jangan sampai ditinggalkan. Banyak muncul pertanyaan di forum, dimana dia bekerja sip siang sehingga tidak bisa shalat Jum’at, maka usahakan 2 minggu sekali jika tidak bisa seminggu sekali, jika tetap tidak bisa usahakan 3 minggu sekali, jangan sampai lebih dari itu, namun jika kita terjebak dengan kebutuhan primer maka lebih baik mencari pekerjaan yang lain, daripada harus mengorbankan shalat jum’at apalagi mengorbankan shalat fardhu. Namun jika terjebak dengan kebutuhan primer maka teruslah berusaha semaksimal mungkin hingga mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik. Semoga hamba yang masih terjebak dalam hal ini diberi kemudahan oleh Allah, amin. Begitu pula kaum wanita, jika dalam pekerjaan dituntut untuk tidak memakai jilbab, maka carilah pekerjaan yang lain, dan jika terjebak dengan kebutuhan primer, apabila dengan tidak bekerja akan banyak yang kesusahan maka perbanyaklah istighfar dan teruslah berusaha dan berdoa untuk mendapatkan pekerjaan yang lain. Semoga mereka yang masih terjebak dalam pekerjaan seperti itu diberikan jalan keluar oleh Allah subhanahu wata’ala berupa kemudahan, kemakmuran dan keluasan rizki, amin. Demikian hal-hal yang luhur yang perlu kita fahami. Maka demi rahasia kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala, kita berdoa semoga acara kita Selasa,15 Februari tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awal 1342 H yang akan datang sukses. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Jawa Timur, dan Kiyai Idris pimpinan pon-pes Lirboyo, beliau siap untuk hadir majelis di Monas, beliau berkata meskipun beliau sakit sekali pun beliau akan paksakan hadir insyaallah. Beliau mempunyai 9000 santri yang masih belajar di sana, adapun alumninya telah mencapai lebih dari ratusan ribu, karena tiap tahunnya mengeluarkan ribuan santri, dan beliau juga berkata bahwa setiap bulan Ramadhan beliau mengutus 1000 santri untuk berdakwah ke daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan lainnya untuk mengajarkan ummat masalah shalat, puasa, zakat dan lainnya. Sungguh indahnya tarbiyah yang ada di sana, beliau juga termasuk salah satu tokoh ulama’ yang tersepuh yang masih ada di Jawa Timur. Begitu juga KH. Abdullah Faqih Langitan, beliau pun siap untuk hadir majelis di Monas insyaallah, usia pesantren beliau sudah lebih dari 160 tahun, dan cabangnya mencapai ribuan dan telah sampai ke Thailand, puluhan ribu kiyai alumni langitan, diantaranya almarhum K.H. Khalil Bangkalan sesepuh Madura, beliau juga adalah alumni pesantren langitan Tuban. Setelah saya menyampaikan tausiah ketika kunjungan saya ke Langitan, maka saya menyampaikan undangan acara di Monas dan beliau berkata bahwa beliau akan hadir majelis di Monas insya Allah, dan tadi beliau menghubungi dan berkata bahwa beliau akan berangkat 2 hari sebelum acara. Dan K.H Abdullah Mukhtar Sukabumi juga sudah konfirmasi untuk hadir, dan juga K.H Ma’ruf Amin juga akan hadir. Semoga acara akbar kita sukses, dan menjadi maulid terbesar di dunia dan membawa rahmah bagi bangsa kita, wilayah kita dan seluruh penjuru dunia, amin. Insyaallah rahasia keluhuran ini segera berpijar di wilayah-wilayah sekitar, isyaallah Kuala Lumpur segera fath, Banjarmasin, Denpasar dan wilayah-wilayah lainnya segera fath, amin allahumma amin.

Ayo, siapa lagi yang mau mendaftar untuk menjadi crew, karena kemungkinan ratusan atau bahkan ribuan bis yang akan hadir dari berbagai wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat menuju ke Monas karena para kiyai mereka akan hadir di sini. Dan acara ini insyaallah tidak akan berlangsung lama, kira-kira 1,5 atau 2 jam saja, maka sampaikan kepada teman-teman dan kerabat kita untuk datang jauh sebelum acara dimulai. Acara akan dimulai jam 07.30 atau jam 08.00, karena pengalaman tahun lalu yang semestinya jam 07.30 suasana masih adem, namun saat itu keadaan sudah panas seperti jam 12.00 siang, mungkin karena terlalu kencang doa kita sehingga jadinya kepanasan, kalau orang-orang pinggir bilang “pawangnya kelewatan”. Insyaallah acara ini sukses dan tidak akan turun hujan tetapi hujan rahmat, tidak pula panas matahari namun matahari pengampunan dan rahmat yang Allah terbitkan untuk kita.

Di tahun 2008 Lafadz Allah muncul di saat dzikir, semoga Allah subhanahu wata’ala munculkan di dalam sanubari kita, amin allahumnma amin. Kita berdoa semoga Allah menghapus seluruh dosa-dosa kita, seluruh wajah yang hadir di malam hari ini sekitar 50 ribu muslimin muslimat mengangkat tangan untuk memohon pengampunan-Mu ya Allah atas segala dosa dan kesalahan, dan Engkau benahi segala kekurangan dan kelemahan, maka kami titipkan segala dosa kami di samudera pengampunan-Mu, dan kami titipkan masa depan kami, sisa usia kami, sisa nafas kami, yang tidak kami ketahui berapa jumlah nafas yang tersisa, berapa jumlah hari kehidupan kami yang tersisa, maka kesemua itu kami titipkan hanya kepada-Mu ya Allah…

َقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.\

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Tidak lupa kita doakan ayahanda kita Al Habib Abdurrahman Al haddad, semoga dilimpahi rahmat dan keberkahan oleh Allah subhanahu wata’ala, kelak kembali ke Kuala Lumpur dengan segala pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala untuk menegakkan bendera fath di Malaysia khususnya di Kuala Lumpur dan sekitarnya, amin allahumma amin. Dan semua yang hadir para ulama’ dan habaib semoga dilimpahi rahmat dan keluhuran oleh Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin. Selanjutnya qasidah “Muhammadun” kemudian doa penutup oleh Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, tafaddhal masykuraa…
Selanjutnya..