Sabda Rasulullah SAW : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” ........................ " Jadikan Jakarta Kota Sayyidina Muhammad SAW" ..........................." Jadikan Rasulullah SAW Idolamu !"(Shahih Bukhari)

Selasa, 22 Februari 2011

Keutamaan Dzikir Kepada Allah SWT



Ditulis Oleh: Munzir Almusawa
Sunday, 20 February 2011
Keutamaan Dzikir Kepada Allah SWT
Senin, 14 Februari 2011


قَالَ رَسُوْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ، إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ، بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً. (صحيح البخاري) وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ (صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah SAW: “Dia Allah berfirman: “Aku bersama prasangka hambaKu, dan Aku Bersamanya ketika ia mengingatKu, jika ia mengingat/menyebutku dalam kesendirian, maka Aku Mengingatnya dalam DzatKu, jika ia mengingatKu, ditempat yang ramai, maka Aku mengingatnya ditempat yang lebih ramai (para malaikat2 suci) (Shahih Bukhari)
Dan berkata Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, Allah SWT berfirman: “Aku bersama hambaKu, saat hambaKu mengingatku dan bergerak bibirnya menyebut namaKu” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Memuliakan hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam bentuk keluhuran, beribu amal perbuatan, beribu niat dan segala sesuatu yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya, yang kesemua itu bisa Allah subhanahu wata’ala jadikan perantara untuk menuju kepada keridhaan-Nya namun penyambungnya adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, seluruh rantai terputus kecuali dengan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bersambunglah para rasul kepada Allah maka bersambung pula seluruh ummat ini kepada Allah dengan perantara nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala Maha Raja langit dan bumi, Maha Penguasa Tunggal dan Abadi, Maha melimpahkan kesejahteraan sepanjang waktu dan zaman, tanpa peduli Dia melimpahkan apa yang dikehendaki-Nya kepada hamba-hamba-Nya, ada diantara mereka yang dilimpahi kenikmatan untuk semakin jauh dari-Nya, dan ada pula yang dilimpahi kenikmatan untuk semakin bersyukur kepada-Nya, dan ada pula yang dipersempit agar tidak semakin jauh dari-Nya, sungguh tiada perbuatan yang lebih indah dari perbuatan-Nya, dan telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “ tidak ada satupun yang lebih cemburu daripada Allah subhanahu wata’ala”. Allah itulah cinta, pemilik dan pencipta cinta, maka jika ada seorang hamba yang lebih cinta kepada selain Allah maka Allah akan cemburu. Maka dirisaukan jika salah seorang hamba diberi keluasan di dunia, maka dia akan terlena di dalamnya padahal dunia hanyalah kehidupan yang sementara bagaikan orang yang hidup dari pagi hingga sore harinya saja. Diriwayatkan di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari, ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bersandar, ditanyakan kepada beliau tentang kehidupan : “wahai Rasulullah, mengapa engkau begitu santai?”, maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “hidup ini hanyalah selintas saja, seperti seorang yang berjalan kemudian berteduh di bawah pohon rindang kemudian berjalan lagi”. Berjalan melanjutkan kehidupan yang kekal, kehidupan di dunia bagi kita mungkin hanya 100 tahun bahkan sangat sedikit sekali yang hidup mencapai 100 tahun, sebagian hanya sampai 70 atau 80 tahun, umur semakin pendek dan semakin dekat dengan hari kiamat. Dan setiap detik adalah roda waktu yang berjalan menuju kematian, dan setiap detik itu ada hamba-hamba yang dimuliakan oleh Allah menuju puncak-puncak keluhuran. Hadirin hadirat, bagaimana dengan hamba-hamba yang lewat dengan dosa dan kesalahan, padahal setiap putaran detik itu akan dipertanggung jawabkan. Sebagaimana syarh hadits yang kita baca tadi, sungguh indahnya firman Allah subhanahu wata’ala, hadits ini disebut hadits qudsi, yaitu firman Allah yang diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi tidak dicantumkan dalam Al qur’an Al Karim, dimana makna atau isinya dari Allah namun lafadznya dari nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan Al qur’an Al Karim makna atau isi dan lafadznya dari Allah subhanahu wata’ala. Hadits qudsi yang kita baca tadi :

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ

“ Aku tergantung ( bersama ) prasangka hamba-Ku”

Maksudnya adalah semakin seorang hamba itu ingin dekat kepada Allah maka Allah juga ingin dekat kepada hamba-Nya, bagaimana kita mengetahui bahwa maknanya demikian, yaitu dengan melihat akhir dari hadits ini, karena jika kita hanya berhenti di potongan hadits ini maka maknanya pun belum jelas, dimana makna hadits ini adalah samudera yang sangat luas, samudera tauhid yang tidak akan pernah ada dasarnya, bagaiamana kedalaman tauhid Ilahi, maka diperjelas makna hadits ini dengan kalimat-kalimat di akhirnya, yaitu :

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“ Jika dia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku mendatanginya dengan bergegas”

Maka kalimat ini memperjelas makna dari “ aku tergantung (bersama) dengan prasangka hamba-Ku”. Jika hati seorang hamba ingin lebih dekat kepada Allah maka Allah ingin lebih dekat kepadanya, jika hamba ingin jauh dari Allah maka Allah juga ingin jauh darinya. Oleh sebab itu jika kita fahami, hadits ini merupakan panggilan cinta yang sangat indah dari Allah subhanahu wata’ala, yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk disampaikan kepada ummatnya hingga sampailah kepadaku dan kalian di malam hari ini, bahkan kita sudah sering mendengar tentang hadits ini, tawaran cinta dari Rabbul ‘alamin dan bagaimana prasangka kita terhadap Allah subhanahu wata’ala, jika kita mencintai Allah subhanahu wata’ala maka ungkapkan dan kemukakanlah, kapan kita mengucapkannya atau melafadzkannya?!, maka hadits qudsi yang kedua Allah berfirman:

أَنَا مَعَ عَبْدِى حَيْثُمَا ذَكَرَنِى، وَتَحَرَّكَتْ بِى شَفَتَاه

“ Aku bersama hamba-Ku ketika ia menyebut-Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama-Ku”

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan makna hadits ini bahwa satu jengkal kedekatan kepada Allah subhanahu wata’ala, dimana kedekatan dengan Allah itu bisa dengan lisan (dzikir), namun mendekat kepada Allah bukan hanya dengan lisan saja, tetapi bisa dengan hati, tangan, harta, dan yang lainnya namun dalam hadits ini menunjukkan bahwa ada hal yang paling disenangi dan dicintai Allah, sebagaimana seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “wahai Rasulullah, syariat dan ibadah dalam agama ini sangat banyak sehingga aku terkadang bingung untuk memilih mana yang lebih utama, maka tunjukkanlah aku satu hal saja yang membuat aku dicintai Allah subhanahu wata’ala, masuk ke dalam surga dan selamat dari api neraka”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “biarkan lidahmu selalu basah dengan dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala”, maksudnya adalah dengan banyak menyebut nama Allah subhanahu wata’ala. Maka hal ini kembali kepada hadits yang disebut tadi وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفَتَاهُ ( bergetar bibirnya dengan menyebut nama-Ku ), karena orang yang mencintai sesuatu maka akan banyak menyebutnya. Maka hal yang sangat menggembirakan dan perlu kita banggakan dan kita syukuri adalah dengan adanya mejelis-mejelis dzikir Jalaalah di saat ini, dimana disaat nama Allah sudah mulai tidak ada lagi orang-orang yang menyebutnya, sehingga masih banyak orang di zaman sekarang malu untuk menyebut nama Allah, keadaaan yang seperti ini terjadi di pulau Jawa yang mayoritas adalah muslimin maka bagaiamana di wilayah lainnya. Dan di saat seperti itu muncullah semangat dari para pemuda-pemudi kita untuk menggemuruhkan lafadz Allah, maka hal itu patut kita bela dan kita pedulikan jika kita cinta kepada Allah subhanahu wata’ala. Alangkah indahnya di saat panggung-panggung maksiat tersebar yang semakin menjauhkan manusia dari Allah, setiap detik-detik yang lewat penuh dengan kehinaan, justru kita gemuruhkan panggung terbesar yang megumandangkan nama Allah subhanahu wata’ala tepat di hari kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini adalah hadiah ulang tahun untuk sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, kita berharap acara besok adalah merupakan maulid terbesar di dunia, semoga acara ini sukses, amin. Acara ini tidak hanya akan disiarkan oleh channel televisi di Indonesia saja, bahkan CNN dan Aljazeera juga akan meliputnya. Ya Allah, disaat telah banyak orang-orang yang tidak lagi menyebut nama-Mu, maka jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memperjuangkan gemuruhnya nama-Mu, jadikan perkumpulan kami perkumpulan terbesar yang menggemuruhkan nama-Mu di hari lahirnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, di ibukota negeri muslimin terbesar di muka bumi. Ya Allah jika melihat dosa-dosa kami maka kami tidak pantas mendapatkan kemuliaan ini namun kemuliaan dari kedermawanan-Mu lah yang menarik kami untuk terlibat dalam hal ini, Ya Allah catat seluruh nama kami yang hadir di majelis ini dan yang menyaksikan dari kejauhan termasuk dalam kelompok yang menggemuruhkan nama-Mu disaat nama-Mu mulai dilupakan dan malu untuk diucapkan, amin ya rabbal ‘alamin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Maka dari hadits diatas dapat kita fahami bahwa nama-nama orang yang berdzikir dengan berkelompok dan berjamaah akan disebut dan digemuruhkan oleh Allah subhanahu wata’ala di langit. Allah Yang menyebut nama-nama mereka yang menggemuruhkan nama-Nya, sungguh hal ini merupakan anugerah yang demikian agung di malam hari ini. Kedua hadits qudsi ini sengaja saya rangkapkan dimana maknanya sering saya sebut namun kali ini baru dituliskan, sebagai hadiah dan saksi untuk kita kelak di hari kiamat kelak bahwa di malam 12 Rabi’ul Awal, di malam lahirnya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kita mendengar hadits ini dan membacanya bersama-sama, dan Allah subhanahu wata’ala menjadi saksi. Dan Allah subhanahu wata’ala menyebut nama-nama yang menyebut nama-Nya. Siapakah kita? Hanyalah hamba yang siang dan malam penuh dosa. Hadirin hadirat, para pendoa termuliakan dan disetiap detiknya mereka semakin dekat kepada Allah. Dalam sebuah riwayat ada dua orang yang ditimbang amal baiknya dan keduanya sama-sama berat, namun hanya berbeda satu kalimat “Subhanallah” saja namun perbedaan derajatnya di surga bagaikan antara langit dan bumi, hanya berbeda dalam satu kalimat “Subhanallah” saja, maka terlebih lagi jika lebih dari itu. Ucapan saya ini bukan berarti kita tidak perlu lagi bekerja atau berusaha, namun agar kita tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang fana daripada hal-hal yang kekal. Ingatlah selalu kepada hal yang kekal dan berjalanlah dengan hal yang fana, maka hal yang fana ini akan tunduk kepada Yang memilikinya.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketahuilah di dalam usaha menuju kesuksesan, detik-detik penentu adalah milik Allah, penentu sukses atau tidaknya hanyalah Allah subhanahu wata’ala, dan kesuksesan itu membawa kebaikan yang kekal atau tidak Allah juga yang menentukan. Oleh sebab itu beruntung orang yang berusaha dan terus berpegang kepada tali Allah subhanahu wata’ala yaitu utusan-Nya yang paling dicintai-Nya, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani mensyarahkan hadits tadi bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “ setiap orang di surga itu mempunyai kenikmatan yang berbeda-beda, dan tidak ada kenikmatan yang lebih indah daripada memandang keindahan Allah subhanahu wata’ala”, hal itu adalah kenikmatan yang paling lezat dari semua kelezatan yang ada di surge. Dan orang-orang di surge pun ada tingkatan derajatnya, Al Imam Ibn Hajar berkata bahwa ada orang yang selama 1000 tahun hanya sekali melihat Allah, ada yang selama 100 tahun sekali melihat Allah, ada yang 10 tahun sekali untuk diizinkan melihat Allah, dan ada pula yang hanya sekali saja melihat Allah, dan ada hamba yang setiap hari melihat Allah, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ada diantara hamba-hamba Allah ada yang setiap pagi dan sore melihat Allah subhanahu wata’ala, dan bagaimana dengan hamba yang telah melihat Allah sebelum wafatnya, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sudah berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala sebelum beliau wafat, di malam mi’raj kemudia beliau kembali ke bumi. Sungguh betapa indahnya cinta Allah subhanahu wata’ala kepada sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka malam ini adalah malam doa, malam dzikir, malam agung, malam 12 Rabi’ul Awal, begitu banyak hamba-hamba yang didekatkan kepada Allah subhanahu wata’ala. Kalau seandainya kita kehilangan satu detik saja maka akan membuat lepasnya derajat kita di langit dan bumi dan hal itu kekal dan abadi, satu detik yang kita tangisi yang telah lewat dalam hal-hal yang bukan ibadah, maka terlebih lagi jika lewat dalam dosa bagaimana kita tidak akan menangisi dosa-dosa kita. Oleh sebab itu tunduknya jiwa dan sanubari hamba, Allah berikan kepemimpinannya kepada orang yang paling tunduk kepada Allah, yaitu sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam di saat beliau lahir, beliau langsung bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala, dan telunjuk beliau menunjuk ke langit dan berkata :

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Ucapan itu diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan fasih di saat bayi, ketika lahir beliau langsung bersujud tanpa ada setetes darah pun, dan tanpa ada sakit sedikitpun yang dirasakan, menunjukkan bahwa inilah pemimpin orang yang bersujud, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam surah Maryam, bahwa nabi Isa AS ketika lahir sudah bisa berbicara, karena ibunya ( sayyidah Maryam ) merasa bingung dan risau atas cobaan yang tiba-tiba hamil tanpa seorang suami, sehingga mulailah banyak fitnah dan ucapan-ucapan orang lain yang mencela keadaanya, maka sayyidah Maryam berkata, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

( مريم : 23 )

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (besandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". ( QS. Maryam : 23 )

Maka diilhamkan kepada sayyidatuna Maryam agar di saat melahirkan nanti untuk menunjuk saja kepada bayinya tanpa harus berbicara apapun, maka bayi itu yang akan menjawab, dimana maka itu berkata sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

( مريم : 15 )

“Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali” ( QS. Maryam : 15 )

Itulah nabiyullah Isa As bin Maryam, disaat lahir langsung bisa berbicara. Disebutkan di dalam Fathul Bari menukil tentang tanda-tanda kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diantaranya adalah padamnya api di Kekaisaran Persia yang selama ribuan tahun belum pernah padam, dan juga runtuhnya singgasana di Istana Kisra. Disaat hampir terbitnya fajar lahirlah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, hadiah teragung dari Allah Allah subhanahu wata’ala sebagai “Rahmatan Lil ‘aalamin”. Seluruh alam semesta bergemuruh dengan tasbih karena kelahirannya. Sayyidina Abbas Ibn Abdul Mutthalib RA, salah satu paman Rasulullah yang masuk Islam, beliau berkata kepada rasulullah:

يَارَسُوْلَ اللهِ أَذِنِّي لِأَمْتَدِحَكَ

" Wahai Rasulullah izinkan aku untuk ( membacakan syair ) memujimu "

Maka Rasulullah berkata :

قُلْ لَا يفَضِّضُ اللهُ فَاكَ

" Ucapkanlah (syairmu) semoga Allah menjaga mulutmu ( gigimu ) dari segala penyakit "

Maka berkatalah sayyidina Abbas bin Abdul Mutthallib dan diantara ucapannya adalah :

أَنْتَ لَمَّا وُلِدْتَ أَشْرَقَتِ اْلَأرْضُ وَضَـاءَتْ بِنُوْرِكَ اْلأُفُقُ فَنَحْنُ فِيْ ذَلِكَ الضِّيَاءِ وَفِي النُّوْرِ وَسُبُلِ الرَّشَـادِ نَخْتَرِقُ

“Ketika engkau terlahir ke bumi bersinar dan cakrawala dipenuhi dengan cahayamu, dan kami pun selalu berada di tengah cahaya dan jalan yang penuh petunjuk "

Kita memahami jika cahaya matahari saja bisa menyinari seluruh barat dan timur, maka terlebih lagi cahaya makhluk yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana keindahanya tidak Allah perlihatkan keseluruhannya, sebagaimana dijelaskan oleh Al Allamah As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki dalam kitabnya Muhammad Insaan Al Kaamil, dimana ketika ditanya ketika di zaman nabi Yusuf para wanita mengiris-iris jari-jarinya karena keindahan nabi Yusuf As, namun hal itu tidak terjadi pada zaman nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dijelaskan oleh As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki di dalam kitabnya Muhammad Insaan Al Kaamil bahwa Allah menyembunyikan keindahan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana 9 bagian disembunyikan dan hanya 1 bagian yang diperlihatkan di bumi, dan jika seandainya kesemuanya diperlihatkan maka tanpa disadari manusia akan mengiris jantungnya dari indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Wajah itu akan kita lihat insyaallah, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang membanggakan beliau, bukan kelompok yang mempermalukan beliau, amin. Demikian indahnya kelahiran nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan pula bagaimana indahnya malam kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam sirah Ibn Hisyam dijelaskan bahwa ketika waktu fajar itu seorang Yahudi berteriak di tempat yang tinggi di kota Yatsrib, ia berkata : “ Celakalah kalian wahai kelompok orang Yahudi, semalam sudah terbit bintang yang menunjukkan tanda-tanda kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”. Tanda-tanda itu telah disebutkan dalam kitab nabi-nabi terdahulu, di Injil, Taurat dan Zabur. Maka malam kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sudah dirayakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Namun mengapa para sahabat tidak pernah merayakannya?, karena mereka telah merayakan dengan nyawa mereka, harta mereka, setiap detik dan nafas mereka penuh dengan cinta kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berjuang satu niat bersama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun berbeda dengan masa kehidupan selanjutnya, dimana keadaan iman semakin menurun, butuhlah pengetahuan, pembenahan dan penguatan, maka ketika para imam melihat manusia sudah mulai mengidolakan orang lain selain nabinya, dibuatlah maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana di dalamn maulid itu hanyalah cerita tentang sejarah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan kenapa harus 12 Rabi’ul Awal?!, karena hari itu adalah hari lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa dilarang untuk membaca sejarah rasulullah di hari kelahiran beliau, bahkan justru rasulullah merayakan hari lahir beliau. Dijelaskan di dalam Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih sembelihan dan ketika ditanya tentang sembelihan di hari Senin itu beliau menjawab : “ hari itu adalah hari dimana aku dilahirkan”,,. Dan juga Rasulullah tidak mengatakan tentang puasa hari Senin boleh atau tidak, maka di saat sahabat bertanya kepada Rasulullah : “wahai Rasulullah apa hukumnya puasa hari Senin?”, maka rasulullah menjawab : “hari itu adalah hari kelahiranku”, sungguh jawaban yang sangat sempurna bagi yang memahami bahasa, namun berbeda dengan orang yang tidak mengerti bahasa dan memahaminya dengan kedangkalan atau keterpurukan aqidah. Semua orang memahami bahwa jawaban dari rasulullah itu maksudnya bahwa hari Senin adalah hari kelahiran beliau dan berbeda dengan hari-hari yang lain, berarti rasulullah membedakan antara hari Senin dengan hari yang lainnya. Maka ketika beliau ditanya tentang hukum puasa hari Senin, beliau menjawab : “hari tu adalah hari kelahiranku”, agar para sahabat mengingat hari kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah tentang nabi Isa :

وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (33) ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (34)

“Kesejahteraan atas diriku pada hari aku dilahirkan, dan pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali, itulah isa bin Maryam, (dan ucpan isa as ini) adalah ucapan kebenaran yg kalian padanya meragukan” ( QS. Maryam : 33,34 )

Itulah nabiyullah Isa bin Maryam. Hal ini menunjukkan bahwa para-para nabi itu hari kelahiran dan hari wafatnya adalah rahmat. Dan hari lahir dan wafatnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sama-sama hari Senin, bahkan hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah Al Munawwarah pun tepat pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awal. Dijelaskan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Madinah Al Munawwarah bersama sayyidina Abu Bakr As Shiddiq pada hari Senin bulan Rabi’ul Awal. Maka jika mau membaca maulid di hari 12 Rabi’ul Awal silahkan dan di hari yang lainnya pun tidak masalah. Majelis Rasulullah setiap malam membaca maulid, namun pada tanggal 12 Rabi’ul Awal dibuat event besar, sebagai khidmah kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena jika melihat dosa-dosa kita bagaiamana kita akan mengharap surga Allah dan mengharap bisa melihat keindahan Allah dengan mata kita yang penuh dosa ini, apa iya kita akan diberi kenikmatan yang sangat indah dan kekal yang siang dan malam kita berbuat dosa, padahal sekali saja kita berbuat dosa hal itu itu sudah cukup bagi Allah untuk menjadikan penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam surge. Kelak di akhirat yang ada hanya surga atau neraka, jika tidak di surga maka pastilah di neraka, tidak ada tempat yang ketiga,, salah satu diantara 2 tempat itu yang abadi bagi kita. Sebagian mengatakan bahwa ada gunung diantara surga dan neraka, yaitu tempat orang-orang yang belum mengetahui Islam, tidak ada yang mengajari mereka, di gunung itu mereka melihat semua penduduk surga masuk ke dalam surga dan penduduk neraka masuk ke dalam neraka, dan setelah kesemuanya selesai, maka mereka ditanya oleh Allah: “ apa yang kalian lihat?” maka mereka menjawab : “orang-orang yang mentiadakan Tuhan selain Engkau maka masuk surga, dan orang-orang yang menyekutukan Engkau masuk neraka”, maka ditanyakan kepada mereka: “ lalu bagaimana dengan kalian?”, mereka menjawab : “kami meyakini tiada Tuhan selain Engaku”, maka mereka pun masuk ke dalam surga Allah subhanahu wata’ala, dan tidak ada orang yang kekal di neraka kecuali orang-orang yang Allah ketahui jika seandainya dia balik ke dunia maka ia tetap akan berbuat maksiat.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, pastikan seluruh nama kami yang hadir dan seluruh keluarga dan kerabat kami tercantum di surga-Mu Ya Allah, dan kami ingin memandang-Mu di setiap saat, kami tidak ingin 1000 tahun sekali memandang-Mu, tidak pula 100 tahun sekali memandang-Mu, namun kami ingin setiap detik Engkau beri kesempatan untuk memandang keindahan Dzat-Mu…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah kita semua hadir di majelis dzikir ini yang telah disiarkan langsung juga oleh Al Jazeera dan terlebih dari itu nama-nama kita telah digemuruhkan di langit, insyaallah. Selanjutnya pembacaan qasidah mengenang indahnya nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian kalimat talqin dan doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykuuraa…
Selanjutnya..

Cahaya Wudhu



Ditulis Oleh: Munzir Almusawa
Monday, 14 February 2011
Cahaya Wudhu
Senin, 07 Februari 2011

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ

( رواه البخاري )

“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah.” ( Shahih Al Bukhari )


Sebelum saya melanjutkan tausiah, ada pertanyaan mengapa hadits ini harus dibaca dulu bersama-
sama?, tidak harus dibaca namun (maksud kita) hanya dengan niat mengambil barakah. Sebagaimana ta’lim (pembelajaran) itu ada 3 macam, yang pertama adalah belajar dengan membaca buku, yang kedua adalah belajar dengan guru, dan yang ketiga adalah ta’lim (belajar) dengan cara talaqqi. Seperti yang kita fahami bahwa belajar dengan buku tanpa guru bisa jadi kesalahannya lebih banyak daripada ta’lim dengan guru langsung, namun belajar langsung kepada guru pun terkadang salah faham juga atas apa-apa yang disampaikan oleh gurunya. Dan yang paling utama adalah belajar dengan cara talaqqi, talaqqi adalah ucapan langsung dari gurunya kemudian diucapkan lagi oleh muridnya. Dan Ulama’ masa kini menggunakan ketiganya, jadi kitab atau bukunya ada, syarah guru serta talaqqinya juga ada. Bahkan kitab-kitab seperti Shahih Al Bukhari dan terjemahannya sangat mudah kita dapatkan. Namun ta’lim yang paling utama adalah Talaqqi karena inilah yang disebut dengan sanad keguruan, dimana seorang guru belajar langsung kepada gurunya sehingga bersambung kepada Al Imam Bukhari dan sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah kita membaca hadits tadi dan acara selesai maka selesailah pembacaannya namun ruh kita terus bersambung kepada Al Imam Al Bukhari sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Cahaya Allah subhanahu wata’ala yang menerangi kita dengan rahmat-Nya, gelombang rahmat-Nya terus mencari tempat-tempat yang pantas dijadikan tempat untuk bergabung, seperti gelombang-gelombang yang muncul, banjir, atau tsunami kesemuanya mengarah ke tempat yang lebih rendah, maka majelis-majelis dzikir dan majelis-majelis ta’lim itu adalah tempat mengarahnya para malaikat pembawa rahmat, namun yang paling banyak mendapatkan bagian rahmat adalah orang yang paling rendah hati dan tidak menyombongkan diri, tidak riya’ namun dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling banyak dosa dan bersyukur karena telah diizinkan oleh Allah untuk duduk di majelis itu, maka orang yang seperti itu akan dimuliakan oleh Allah.

مَنْ تَوَاضَعَ ِللهِ رَفَعَهُ اللهُ

“ Barangsiapa yang merendahkan hati karena Allah, maka Allah mengangkat (derajat)-nya.”

Maka mereka itulah genangan rahmat Allah, kita berkumpul di majelis ini dari tumpahruahnya rahmat Ilahi mengenai semua yang hadir, lalu sedikit demi sedikit genangan rahmat itu akan mengarah kepada yang paling rendah hati dan tawadhu’, dalam hatinya tidak ada rasa sombong. Inilah medan untuk mencapai rahmat Ilahi, dan dimanapun rahmat Allah itu bertebaran bahkan melebihi padatnya udara yang ada di muka bumi karena udara adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi lautan karena lautan adalah bagian dari rahmat Allah, dan melebihi debu yang ada dipermukaan bumi dan terpendam di dalam bumi karena kesemuanya adalah bagian dari rahmat Allah. Kehidupan, kematian, alam barzakh dan hari kiamat adalah merupakan bagian dari rahmat Allah, bahkan orang yang di neraka sekalipun masih mendapatkan rahmat Allah, dari mana? Yaitu dari syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah munculkan rahmat-Nya di neraka berupa syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam selama mereka meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. Jika di neraka saja rahmat Allah masih terus ada dan tidak bisa terputus maka terlebih lagi untuk kita yang masih hidup di dunia, yang masih akan melewati fase sakaratul maut, alam kubur, barzakh dan hari kiamat, masih tersisa 3 fase di hadapan kita dimana zaman yang masih akan kita lewati yang kesemuanya itu penuh dengan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang masih akan kita dapatkan, dan semakin banyak kita mendoakan kaum muslimin lainnya maka semakin banyak pula bagian rahmat yang akan kita dapatkan dari doa-doa kita untuk orang muslim lainnya, dengan doa seperti :

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ

“ Wahai Allah ampunilah (dosa) ku, dan semua orang muslim laki-laki dan muslim perempuan ”

Maka dari doa itu kesemua muslimin muslimat termasuk dalam doanya, terlebih lagi jika dia hadirkan hatinya dalam mendoakan kaum muslimin, dengan mendoakan yang hidup atau yang telah wafat, yang hidup semoga semakin diluaskan rizkinya, yang telah wafat semoga dijauhkan dari siksa kubur, yang terkena bencana alam semoga diberi kesabaran, yang dalam kesusahan semoga diberi kemudahan, yang kaya raya semoga diberi hidayah dan mau mnegeluarkan hartanya untuk fakir miskin, dan yang terjebak dalam kerusakan aqidah semoga diberi hidayah, semakin dalam doa kita untuk mereka maka semakin besar anugerah Allah untuk kita, dan hal itu tidak bisa diamalkan kecuali oleh orang-orang yang dicintai Allah, karena jiwa yang seperti itu sejiwa dengan jiwa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memikirkan keadaan ummatnya. Bahkan ketika beliau akan wafat yang dipanggil adalah “ummatku, ummatku”, dan ketika beliau dibangkitkan pertama kali yang disebut adalah “ummatku, ummatku”, demikian keadaan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan mengenai sebagian kaum yang belum mau beriman dan belum mau taat kepada Allah, bahkan selalu ingin berbuat kemaksiatan dan kemungkaran saja, maka Allah telah menjelaskan kepada kita dalam masalah ini yaitu untuk tidak memusuhi mereka dan tidak terlalu memaksa mereka untuk beriman dan taat kepada Allah, karena mereka masih belum diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

(يونس : 99 )

“ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?” ( QS. Yunus : 99 )

Jika Allah menghendaki maka tidak akan ada lagi orang yang bermaksiat, semuanya akan Allah beri hidayah, jika Allah berkehendak maka Allah mampu melakukannya. Maka Allah bertanya kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “apakah engkau membenci manusia yang belum beriman, sampai ia beriman? Dan terkadang kita tidak berlaku sopan dan baik kepada orang yang bermaksiat sampai ia beriman. Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada saudara saudari kita yang belum mendapatkan hidayah adalah sesuatu yang terpuji dan dianjurkan, dan membenci mereka adalah hal yang dilarang Allah , karena jika Allah mau maka semua manusia akan diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala. Teguran langsung dari Allah ini adalah tuntunan Ilahi agar kita senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik yang beriman atau tidak. Namun tentunya ada perbedaannya juga cara memperlakukan antara orang yang beriman dan yang tidak beriman, antara orang yang shalih, antara orang tua atau kakak dan adik kita, antara ulama’ guru-guru dan para shalihin, masing-masing punya cara. Kelakuan kita dengan orang tua kita yang muslim atau yang non muslim pun harus tetap berbuat baik kepadanya. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana salah seorang wanita bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata : “ ibuku datang kepadaku dalam keadaan musyrikah ( dari golongan kuffar quraisy dan belum masuk Islam) apakah aku harus menyambutnya?”, maka rasulullah berkata : “iya, jika dia datang sambut dan jamulah dia”. Demikian budi pekerti kerukunan antar ummat beragama yang perlu kita perhatikan. Ada habl minannaas ( hubungan dengan manusia) dan ada habl minallah (hubungan dengan Allah), selanjutnya kita mengarah pada hubungan kita dengan Allah. Hadits yang telah kita baca tadi :

إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ

“Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya”

Dalam hadits ini Al Imam Ibn Hajar berpendapat bahwa terdapat 2 hadits, hadits yang diatas adalah hadits yang pertama dan hadits berikut adalah hadits yang kedua:

فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ

“ Maka barangsiapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya maka lakukanlah.”

Jadi kalau kita berwudhu, batas wajah adalah lebarnya dari telinga kanan sampai ke telinga kiri dan panjangnya dari tempat tumbuh rambut kira-kira satu telunjuk dari tempat tumbuhnya alis hingga ke dagu. Dan jika ingin mendapatkan kemuliaan yang ada dalam hadits tadi maka lebihkan sedikit ketika membasuh anggota wudhu’. Maka ketika membasuh muka dilebihkan hingga sampai ke rambut dan ke leher, jika membasuh tangan maka dilebihkan hingga ke atas siku, dan membasuh kaki dilebihkan hingga ke tengah betis, begitu juga dengan anggota wudhu yang lainnya. Dan menurut Al Imam Ibn Hajar hadits ini terdapat 2 makna, yang pertama bahwa yang dimaksud “ghurran muhajjilin” orang yang dibangkitkan dengan wajah yang terang benderang di hari kiamat adalah yang melebihkan air dalam membasuh anggota wudhu, namun menurut pendapat yang kedua bahwa yang dimaksud adalah orang yang memperbanyak wudhu. Jadi semakin banyak berwudhu’ maka semakin indah dan cerah wajahnya di hari kiamat karena cahaya Allah. Wudhu adalah make up yang tidak akan hilang, karena cahaya wudhu itu tidak sirna di alam kubur, tidak pula sirna di barzakh atau di hari kiamat. Make up dan kosmetik yang lain akan hilang jika terkena air , maka make up wudhu lah yang paling agung. Maka jika ingin memiliki wajah yang cerah dan sejuk dipandang perbanyaklah berwudhu namun jangan diniatkan untuk memperindah wajah namun karena untuk mengikuti sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Orang yang terbiasa berwudhu kemudian dia tidak berwudhu maka orang yang biasa melihatnya akan merasakan perbedaan ketika melihat wajahnya. Dikatakan bahwa Al Arif billah jika mereka keluar rumah tanpa berwudhu maka seakan-akan mereka keluar rumah tanpa pakaian, karena orang yang berwudhu itu dijaga daripada hal-hal yang membahayakan seperti sihir, sifat sedih,sifat benci, sifat iri dan lainnya . Semoga wajah kita cerah dan terang benderang di hari kiamat dengan cahaya wudhu, sebagaimana hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita baca tadi, amin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita merenungi hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimana ketika beliau di Madinah Al Munawwarah didatangi oleh seorang sahabat dari kalangan Anshar dan berkata : “wahai Rasulullah, onta merah kami mengamuk dengan sangat beringasnya”, onta merah adalah onta yang terbesar di Madinah Al Munawwarah. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “bawa aku padanya”, kemudian rasulullah meminta dibukakan pintu jebakan itu, maka para sahabat berkata : “wahai rasulullah onta itu sedang sangat beringas” maka rasulullah berkata : “ segala sesuatu yang ada di langit dan bumi mengenal dan mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenal aku”. Wahai Rasulullah, kami adalah pendosa dan hati kami terguncang mendengar hadits ini, awalnya kami gembira bahwa engkau dikenal seluruh makhluk di langit dan bumi, namun kalimat terakhir “kecuali pendosa dari golongan jin dan manusia maka mereka tidak mengenalku”, apakah kami tidak mengenalmu wahai rasulullah?!. Wahai Allah kami semua hadir untuk berdzikir dan bershalawat, maka jangan sisakan satu pun dari kami kecuali kesemuanya telah dikenali oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengenal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Hadirin hadirat, perbanyak dzikir, perbanyak ibadah, perbanyak doa dan munajat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa ketika terakhir nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, kalimat terakhir yang diucapkan oleh nabiyullah Ibrahim AS adalah :

حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ

" Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."

Ayat ini diwariskan kepada kita dengan firman yang selalu kita baca setiap di awal maulid :

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

( التوبة : 129 )

“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung” ( QS. At Taubah : 129 )

Dan sebagaiamana riwayat Al Imam Abu Daud Radhiyallahu ‘anhu :

مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ مَا أَهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ بِهَا أَوْ كَاذِبًا

“Barangsiapa dipagi hari atau sore membaca “Hasbiyallah Laa ilaaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul ‘arsy al ‘azhiim” 7 kali, maka Allah akan melindunginya dari apa apa yg dirisaukannya, apakah ia membacanya dengan kesungguhan atau tidak dengan kesungguhan” (HR Abu Dawud)

Dan terlebih lagi Jika kita hadirkan makna kalimat itu disaat kita membacanya. Wahai Allah rangkullah kami dalam kasih sayangmu dan jadikanlah kami hanya selalu berharap kepada-MU, sehingga kami tidak lagi meminta dan mengharap kepada selain-Mu…

َقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rencana acara maulid akbar kita hari Selasa yang akan datang insyaallah menjadi maulid terbesar di dunia. Tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 1432 H akan bersatu kaum muslimin muslimat dari berbagai penjuru di Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera , Sulawesi dan lainnya akan bersatu di Jantung Ibukota negara muslim terbesar yaitu di Monas Jakarta. Kita bersama-sama untuk mendapatkan rahmat dan kedamaian dari Allah untuk bangsa kita, kota kita dan negeri lainnya, amin. Dan malam Selasa yang akan datang majelis di masjid Al Munawwar insyaallah akan kedatangan Al Allamah Al Musnid Al Habib Salim As Syathiri namun pada hari Selasa majelis di Monas beliau tidak bisa hadir karena ada jadwal lain di hari itu dan beliau memilih untuk hadir di malam Selasa majelis di masjid Al Munawwar insyaallah. Selanjutnya pembacaan qasidah Yaa Arhamarrahimin, kemudian talqin dan doa penutup oleh guru kita Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas yatafaddhal masykuuraa.
Selanjutnya..

Turunnya Wahyu Yang Pertama

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ : أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ، رَسُولُ اللَّهِ كَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مِنْ الْوَحْيِ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا، إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ، وَفَيَتَحَنَّثُ فِيهِ، وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ، قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ، وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ، فَقَالَ : اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي، فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ }

(صحيح البخاري)

Dari Aisyah ra Ibunda kaum mukminin : “Pertama bermulanya Rasulullah saw dari turunnya wahyu, adalah mimpi yang baik dalam tidur, dan beliau saw saat itu tidak melihat mimpi kecuali terlihat seperti cahaya subuh, kemudian beliau saw menjadi menyukai menyendiri, dan beliau terus berkhalwat di Goa hira, dan menyendiri dalam ibadah disana, dan beribadah malam beberapa lama sebelum kemudian kembali pada keluarga, dan beliau semakin asyik berkhalwat, lalu kembali pada Sayyidatina Khadijah ra (istri beliau saw), maka beliau semakin banyak berkhalwat, hingga datang pada beliau saw kebenaran, dan beliau saw sedang di Goa Hira, maka datanglah pada beliau saw Malaikat Jibril as, dan berkata : Bacalah!, beliau saw menjawab : aku tak bisa membaca, maka bersabda Rasul saw bahwa jibril as memelukku hingga aku kepayahan, lalu melepaskanku dan berkata : Bacalah..!, kukatakan : aku tidak bisa membaca. Maka aku dipeluk kedua kali hingga membuatku sesak bernafas, lalu melepaskanku, l dan berkata : Bacalah!, beliau saw menjawab : aku tak bisa membaca, alu aku dipeluknya dengan pelukan yang sangat ketat ketiga kali hingga aku kepayahan dan melepaskanku dan berkata : “BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU YANG MAHA MENCIPTA, YANG MENCIPTA MANUSIA DARI TANAH BERLUMPUR, KATAKANLAH, DEMI TUHAN MU YANG MAHA LUHUR” (Shahih Bukhari)


Assa
lamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Cahaya keluhuran yang abadi tiada pernah berhenti menerangi jiwa hamba-Nya sepanjang generasi dan zaman, cahaya kebahagiaan yang selalu melimpahkan anugerah kepada hamba-Nya sepanjang masa secara turun temurun hingga masa berakhir, cahaya kenikmatan yang dibagikan kepada hamba-Nya yang taat dan hamba-Nya yang tidak taat, cahaya kasih sayang yang selalu ditawarkan untuk hamba-Nya yang ingin menjawab, cahaya yang menerangi jiwa hamba-Nya dengan iman untuk menyembah-Nya sehingga tidak menyembah selain-Nya, cahaya Allah, Tuhan segenap langit dan bumi Yang Maha memiliki dan Maha Mengasuh, Maha Raja langit dan bumi Yang maha membuka setiap detik kehidupan dengan berjuta hikmah . Belahan barat dan timur merupakan lembaran-lembaran rahasia hikmah ilahi, yang jika ditulis tidak akan pernah tertuliskan, dan jika diingat maka tidak akan ada yang mampu mengingatnya, karena dalam setiap satu detik milyaran kejadian yang terjadi dalam setiap satu hamba, belum lagi jutaan hamba lain yang telah diciptanya. Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi ingin menerangi jiwa kita di malam hari ini dengan keinginan luhur untuk berkumpul di dalam cahaya keluhuran-Nya, untuk dijamu dengan cahaya keindahan-Nya yang diantaranya adalah cahaya pengampunan, hidayah dan taufiq yang menghantarkan kita kepada jalan kemuliaan menuju surga Allah subhanahu wata’ala, sebagaiamana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“ Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.”

Samudera ilmu adalah Al qur’an Al Karim dan hadits-hadits nabi, yang telah dijelaskan oleh para ulama dan para imam kita bahwa ilmu tebagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya ada ilmu tafsir, ilmu musthalah, dan lainnya yang kesemuanya berpadu pada satu nama “Allah”, kesemuanya menuntun untuk mengenal “Allah” untuk sampai kepada keridhaan Allah, untuk jauh dan bebas dari murka Allah, untuk mendapatkan rahmat Allah yang lebih besar berupa rahmat yang kekal di dalam kehidupan yang kekal, sungguh kehidupan di dunia penuh dengan kenikmatan dan musibah, begitu pula kehidupan di alam barzakh pun penuh dengan kenikmatan dan penuh dengan musibah, kehidupan di akhirat pun penuh dengan kenikmatan dan musibah. Namun jangan tertipu dengan kehidupan dunia yang singkat, karena kehidupan di alam barzakh lebih panjang yang lebih besar kenikmatannya dan lebih besar pula kesusahannya. Adapunkehidupan akhirat kenikmatannya kekal dan kesusahannya punlebih menyakitkan, maka kehidupan kita yang sekarang ini adalah fase yang pertama dalam kehidupan kita untuk menjadi modal kita dalam kehidupan berikutnya di alam barzakh dan di hari kiamat. Maka penentu kehidupan di alam barzakh dan akhirat adalah kehidupan di dunia ini, kehidupan sebelum di dunia adalah kehidupan di alam ruh dan kita telah dijadikan lupa oleh Allah dari mengingatnya, hingga pada kehidupan dunia kita akan mencapai pada hal-hal yang menuntun kita kepada kebaikan atau kehinaan, sebagaimana firman Allah :

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ

( البلد : 10 )

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” ( QS. Al Balad : 10 )

Dalam ayat yang lainnya Allah subhanahu wata’ala berfirman :

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا ، إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا ، إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

( الإنسان : 1- 3 )

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat, sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” ( QS. Al Insan : 1-3 )

Ada diantara manusia yang tidak percaya bahwa mereka akan menjumpai kehidupan setelah kematian, diantara mereka berkata : “apa benar akan ada kehidupan setelah kematian, mana buktinya?!”, maka Allah subhanahu wata’ala memberikan jawaban yang sederhana, jika mereka bertanya tentang hal itu maka tanyakan juga dari mana asal mereka, siapa yang memunculkannya, apakah mereka menciptakan diri mereka sendiri, apakah mereka tahu kehidupan sebelum di dunia ini, apakah mereka ingat saat mereka di alam rahim, apakah mereka ingat ketika Allah merangkai tangan, kaki dan seluruh panca inderanya?! dan jika kita tidak mengingatnya apakah berarti kita harus mengingkari kehidupan di alam rahim?!, tentunya tidak demikian dan tak seorang pun diantara kita yang mengingkari kehidupan di alam rahim walaupun kita tidak merasakannya, namun tetap terbukti bahwa ada kehidupan di alam rahim setelah munculnya dan terlahir ke dunia, demikian pula kehidupan di alam barzakh akan diketahui setelah kita memasukinya di alam barzakh kela. Demikian agung anugerah Allah subhanahu wata’ala dan sampailah kita di malam hari yang luhur ini , semoga menjadi pembuka keluhuran yang kekal selama-lamanya setelah malam ini dan tiada lagi malam kehinaan bagi kita selama-lamanya di dunia, di barzakh dan di akhirat, tiada waktu yang hina kecuali Allah tutupi dengan rahmat-Nya, kesalahan ditutupi dengan pengampunan dan tabir-tabir penutup aib. Ya Rahman Ya Rahim, turunkan tabir-tabir penutup aib kami dan bukakan tabir-tabir rahmat untuk kami, amin allahumma amin.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits agung yang merupakan satu nukilan daripada proses turunnya kalimatullah, firman Allah subhanahu wata’ala yang pertama membuka rahasia rahmat Allah subhanahu wata’ala menuntun hamba-hamba kepada puncak-puncak keluhuran, hingga terangkatlah derajat para wali Allah, shalihin dan para muqarrabin dan kesemua yang terluhurkan bersumber dari al qur’an al karim, dan alqur’an al karim adalah sumber dari kitab-kitab Allah yang terdahulu. Maka disini dijelaskan bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saat pertama kali menerima wahyu. Dan beberapa hari lagi kita akan memasuki gerbang bulan Rabi’ul Awal, bulan kelahiran sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Turunnya Al qur’an bukan di bulan Safar, bukan pula di bulan Rabi’ul Awal namun di bulan Ramadhan. Maka kita fahami dahulu sebelum kita masuk ke bulan Rabi’ul Awal apa tugas shahib rabi’ul awal, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencapai usia 40 tahun beliau lebih suka menyendiri di goa Hira’ yang juga diikuti dengan mimpi-mimpi yang memperlihatkan kepada beliau cahaya di waktu subuh, sebagai tanda terbitnya risalah, matahari tuntunan keluhuran akan terbit di tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany berkata di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidaklah mustahil penglihatn rasulullah atas cahaya ketika subuh itu adalah dalam keadaan bangun dan sadar diri, karena kalimat “ru’yah” tidak hanya dikhususkan ketika mimpi dalam keadaan tidur saja namun ada kemungkinan kejadian itu terjadi dalam keadaan terbangun yaitu melihat falaq subuh secara langsung bukan dalam mimpi, dan hal itu terus menerus terjadi sehingga beliau mulai terarahkan untuk menerima risalah sebagai tanda bahwa beliau akan segera mengemban risalah kenabian, beliau telah dipilih sebagai pemimpin para nabi dan rasul sebelum beliau dilahirkan bukan setelah beliau berusia 40 tahun, karena Allah subhanahu wata’ala telah berfirman jauh sebelum rasulullah lahir dan sebelum para nabi diutus, Allah telah mengumpulkan ruh para nabi dan mengambil sumpah kepada mereka, sebagaimana firman-Nya :

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ ، فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

( آل عمران : 81-82 )

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman : "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” ( QS. Ali Imran : 81-82 )

Maka ketika rasulullah berumur 40 tahun, muncullah keinginan pada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk selalu menyendiri. Jadi kalau di zaman sekarang kita sering mendengar budaya semedi sebenarnya hal itu berawal dari tuntunan Ilahi dan berasal dari Islam juga, bahwa dahulu ada juga yang dinamakan “menyendiri” yang dilakukan oleh nabi Muhammad dan nabi-nabi terdahulu namun tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang di zaman sekarang yang hanya duduk diam saja, tetapi yang dimaksud berkhalwat adalah menghindari aktivitas dari banyak orang dengan beribadah sendiri dan menjauhi pergaulan, namun tidak secara terus menerus tanpa henti, akan tetapi setelah beberapa hari turun dari goa dan pulang kepada istri-istrinya dan keluarganya, kemudian kembali lagi ke gua Hira’ setelah beberapa hari pulang lagi kepada keluarga dan istrinya, demikian seterusnya, dan yang terakhir kali beliau lama tidak turun dari godaan saat itu datanglah kebenaran , beliau bersabda : “datang kepadaku malaikat Jibril, kemudian dia berkata kepadaku : “bacalah”, maka rasulullah berkata : “aku bukan orang yang pandai membaca”, kemudian malaikat Jibril memeluknya dengan keras, kemudian dia kembali berkata : “bacalah”, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “aku bukan orang yang pandai membaca” , maka malaikat Jibril AS kembali memeluk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan erat lalu melepaskannya lagi, kemudian berkata kepada rasulullah : “bacalah”, maka beliau berkata : “aku bukanlah orang yang pandai membaca”, dan dijelaskan di dalam Fathul Bari oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa dalam ucapan Rasulullah yang ketiga terdapat tanda tanya yaitu : “apa yang harus aku baca?” maka berkatalah Jibril As :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ، خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ

( العلق : 1-3 )

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah.” ( QS. Al ‘Alaq : 1 - 3)

Kalimat ini menjadi tuntunan bagi semua pembaca dan penuntut ilmu, bahwa semua yang kita baca yang dilandasi dengan nama Allah Yang Maha Pencipta dan memunculkan rahasia keluhuran sang pencipta, maka apa-apa yang kita baca akan menuntun kepada jalan kebenaran, sebaliknya bacaan yang dilandasi hawa nafsu atau hampa dari niat baik maka iblis dan syaitan bisa mempengaruhinya. Maka ketika membaca hadirkanlah keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Pencipta maka apa-apa yang engkau baca akan membuka hikmah-hikmah yang lebih dari yang biasa engkau fahami. Jika seseorang membaca satu kata maka ia akan menemukan ribuan hikmah yang Allah akan bukakan dibalik kata itu, misalkan seseorang melihat tulisan hijau, maka orang yang membacanya dengan pemahaman yang kosong maka hanya akan terlintas di benaknya warna hijau saja, namun jika dia membacanya dengan keluhuran dan dihayati dengan penuh makna maka akan muncul berbagai hikmah dan akan terbesit dalam benaknya dari kata hijau itu, diantaranya adalah banyak tumbuh-tumbuhan yang berwarna hijau, juga dikatakan oleh para ilmuwan bahwa warna hijau bisa mengobati mata yang kelelahan yang terkena radiasi, tumbuhan bermacam-macam jenisnya dan kesemuanya adalah ciptaan Allah, maka dengan satu kata “hijau” engkau akan tenggelam dalam rahasia keluhuran ilahi jika engkau membacanya dengan penuh makna. Belum lagi dengan kata-kata yang lainnya, sungguh engkau akan larut berjam-jam atau bahkan berhari-hari jika rahasia keluhuran ilahi terungkapkan. Demikianlah kalimat-kalimat hikmah ilahiyyah yang tersimpan dalam setiap kata. Oleh sebab itu, Allah mengajari kita untuk membuka jutaan hikmah yang terpendam yang belum kita fahami dari hal-hal yang mungkin telah ratusan ribu kali kita membacanya, bagaimana caranya ? yaitu membaca “dengan nama Tuhanmu Yang Maha Pencipta”, DIA telah menciptakan dari kalimat itu terdapat keluhuran yang banyak untukmu. Dan setelah kejadian ini maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didesak oleh rahasia wahyu yang demikian dahsyatnya hingga beliau menjadi risau, bingung dan takut kemudian keluar dari goa Hira’ turun menuju rumah sayyidah Khadijah Ra, setelah masuk ke rumah beliau berkata : “selimuti tubuhku”, tubuh beliau menggigil kedinginan karena baru pertama kali menerima wahyu Ilahi, maka sayyidah Khadijah Ra menutupi beliau dengan selimut dan menenangkannya kemudian sayyidah Khadijah berkata : “ Apa yang terjadi wahai Muhammad “, maka beliau berkata : “aku merasa takut dan risau”, maka sayyidah Khadijah berkata : “Janganlah takut dan risau, Allah tidak akan mengecewakanmu karena engkau adalah orang yang paling baik, sopan, dermawan dan suka membantu orang yang kesusahan”. Di masa jahiliyyah manusia pun telah mengenal Allah, namun mereka mengenal Allah bahwa Allah Maha Tunggal namun ada tuhan-tuhan yang lainnya hingga mencapai 360 tuhan lainnya, namun mereka telah mengenal Allah subhanahu wata’ala dan menganggap-Nya sebagai rajanya Tuhan. Maka Rasulullah menceritakan kejadian itu, maka sayyidah Khadijah mengajak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bertemu dengan pendeta Buhaira, dia seorang yang beragama Nasrani yang menulis kitab Injil dengan bahasa Ibrani, dia saudara sepupu sayyidatuna Khadijah Al Kubra yang telah lanjut usia dan buta, maka sayyidatuna Khadijah menceritakan kepadanya tentang Rasulullah, hingga peristiwa yang terjadi di gua Hira’ bersama malaikat Jibril, maka pendeta itu terkejut dan berkata : “ Barangkali dia adalah malaikat yang turun membawa wahyu kepada Ibrahim, Musa, dan Isa ‘alaihim as salam”, maka pendeta Buhaira itu menangis dan berkata : “wahai Muhammad, engkau akan terusir dari kampung halamanmu dan engkau akan hijrah ke tempat lain, seandainya aku diberi kesempatan untuk hijrah bersamamu maka aku akan ikut bersamamu dan aku akan menjadi pihak yang menolong dan mendukungmu wahai Muhammad, seandainya waktu itu terjadi saat aku masih hidup, maka sembunyikan dia wahai Khadijah dan jangan banyak bergaul dengan banyak orang”. Pendeta Buhaira sudah mengetahui cirri-ciri nabi akhir zaman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sayyidah Khadijah Ra kembali ke rumahnya dan dua hari setelah itu wafatlah pendeta Buhaira, maka tidak ada yang bisa dijadikan saksi atas peristiwa itu karena pendeta Buhaira sangat dipercaya oleh kuffar quraiys. Lalu beberapa waktu kemudian sebagaimana riwayat Fathul Baari bisyarh Shahih Al Bukhari, rasulullah melihat malaikat Jibril AS berdiri di antara langit dan bumi dan berkata : “aku Jibril dan engkau Muhammad, aku Jibril dan engkau Muhammad, aku Jibril dan engkau Muhammad“. Al Imam Qadhi ‘Iyadh hujjatul islam wabarakatul anam menjelaskan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat turunnya wahyu yang pertama kalinya, maka rasulullah dipeluk oleh malaikat Jibril sedemikian kerasnya karena begitu rindunya Jibril kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena telah milyaran tahun malaikat Jibril menunggu-nunggu waktu untuk berjumpa dengan makhluk yang paling dicintai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana malaikat Jibril telah diperintah untuk membantu kelahirannya, membelah dadanya dan yang lainnya, kemudian tibalah saatnya tugas yang teragung yaitu menjadi teman manusia yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala dalam penyampaian wahyu, maka karena kerinduan yang dahsyat disaat peristiwa diturunkannya wahyu yang pertama kali malaikat Jibril memeluk rasulullah hingga 3 kali. Maka setelah Rasulullah melihat malaikat jibril berdiri di antara langit dan bumi dan berkata : “aku Jibril dan engkau Muhammad”, maka Rasulullah risau dan masuk ke rumahnya dan berkata : “tutupi tubuhku”, maka turunlah wahyu Allah yang kedua yaitu :

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ، قُمْ فَأَنْذِرْ ، وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ، وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ، وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

( المدثر : 1-5 )

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah”. ( QS. Al Mudatssir : 1 – 5 )

Allah berfirman : “Wahai yang berselimut”, saat itu nabi sedang berselimut karena risau, “Bangunlah dan beri peringatan”, kepada hamba-hamba Allah di muka bumi, “dan agungkanlah Tuhan-Mu”, sebarkan kemuliaan nama Tuhan-Mu, “dan pakaianmu bersihkanlah”, ayat ini terdapat dua arti secara bahasa dan secara ma’nawi, secara bahasa Al Imam Ibn Hajar mengatakan maksudnya adalah agar pakaian nabi tidak menjulur ke tanah sehingga bisa terkena najis sebagaimana pakaian kuffar quraisy, adapun secara ma’nawi adalah bahwa rasulullah lebih mensucikan diri lagi, lebih banyak beribadah lagi sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ

( الأعراف : 26 )

“ Dan pakaian taqwa itulah yang baik.” ( QS. Al A’raf : 26 )

Maka mulailah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada nabi untuk berdakwah, di saat yang paling sulit, di saat orang-orang dalam kejahatan dan asyik dengan kejahatannya, di saat seperti itu justru diperintah harus meninggalkan segala kejahatannya, seperti menyembah berhala, mungkin hal ini masih mudah untuk ditinggalkan karena hal ini bukan termasuk hiburan dan mereka pun tidak semuanya menyembah berhala, namun kejahatan lain seperti minuman keras, zina, berjudi, yang bersifat hiburan jika diperintah untuk ditinggalakan maka hal itu berat. Maka rasulullah mulai berdakwah dan mengajak manusia kepada Islam, adapun yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidah Khadijah binti Khuwailid, inilah diantara keutamaan wanita karena wanitalah yang pertama kali masuk Islam, dan setelah itu adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA. Para imam mengelompokkannya menjadi 3 bagian, yaitu dari kaum wanita yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidah Khadijah RA, dari golongan orang dewasa yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, dan dari kalangan pemuda yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. Ketiga orang inilah yang pertama kali mengenal Islam, kemudian semakin hari bertambah banyak yang masuk Islam dan mulai semakin banyak desakan dan banyak diperangi .

Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Betapa beratnya perjuangan dalam hari-hari sayyidina Muhammad di saat itu, beliau adalah orang yang paling berlemah lembut dan tidak mau menyakiti perasaan orang lain, sampai-sampai karena tidak ingin terjadi permusuhan dengan kaum musyrikin kuffar quraisy ketika rasulullah diminta oleh kuffar quraisy untuk sama-sama menyembah Tuhan mereka, dan mereka akan menyembah Allah, maka nabi ingin menerima tawaran itu namun nabi tidak akan menyembah Tuhan mereka dan tetap hanya menyembah Allah, tetapi sekedar hadir dan duduk bersama mereka, namun Allah subhanahu wata’la menolak hal itu dengn firman-Nya:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ، لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ، وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ، لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

( الكافرون : 1 – 6 )

“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!" , aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku ( QS. Al Kaafiruun : 1-6 )

Ayat ini bukan berarti membuka permusuhan, namun sebagai pemisah agar nabi Muhammad tidak sampai ikut dalam peribadatan orang kuffar quraisy. Desakan-desakan seperti itu telah terjadi pada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan semakin hari bertambah semakin berat, karena satu-satunya pengikut nabi di saat itu yang mempunyai kekuatan hanya sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA dan selainnya adalah kaum dhu’afa dari kalangan para budak dan bekas para budak, tidak ada para pembesar yang mengikuti agama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga hampir sepuluh tahun barulah sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib pembesar quraisy, paman Rasulullah mulai masuk Islam, kemudian sayyidina Umar bin Khattab RA dan para pembesar quraiys lainnya mulai masuk Islam, maka janji pendeta Buhaira terjadi, setelah perjumpaannya dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, 13 tahun kemudian diusirlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah, sebenarnya nabi Muhammad mau bertahan di Makkah namun beliau tidak tega melihat para sahabatnya terus dibantai dan dikecam, maka sebagian diantara mereka berangkat ke Habsyah dan diantara mereka ketika sampai di tengah-tengah perjalanan dibunuh. Mereka yang hijrah ke Madinah pun demikian, jika dia menjadi seorang istri maka dibantai oleh suaminya, jika dia adalah seorang anak maka ia disiksa oleh orang tuanya, jika dia adalah seorang pedadang maka semua orang memutuskan hubungan perdagangan dengannya, jika dia adalah anak buah maka dia akan dipecat oleh majikannya, demikian terus kesulitan menimpa orang-orang Islam di saat itu, di awal perjuangan Sang nabi, demikianlah kemuliaan kaum muhajirin Ra. Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq sangat mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun karena kecintaannya yang sangat dalam itu justru membuat kuffar quraisy cemburu, dan yang lain tidak dicemburui karena tidak mempunyai harta, sedangkan Abu Bakr As Shidddiq seorang yang kaya raya dan mencintai Rasulullah maka cemburulah para kuffar quraisy, terlebih lagi ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dipukuli maka sayyidina Abu Bakr berteriak dan berkata :

أَتَقْتُلُوْنَ رَجُلاً أَنْ يَقُوْلَ رَبِّيَ اللهُ‏

“ Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku adalah Allah”.

Maka mereka berpaling kepada Abu Bakr As Shiddiq dan memukuli Abu Bakr As Shiddiq, maka Abu Bakr pun dibela oleh para pengikutnya dan keluarganya yang para bangsawan, namun keadaannya sudah tidak bisa dibedakan lagi antara mata, hidung, dan bibirnya karena bekas pukulan kaum kuffar quraisy, maka beliau di bawa ke rumahnya, maka para kerabat dan keluarganya berkata : “ jika Abu Bakr meninggal dunia maka siapa saja yang memukuli Abu Bakr harus pula dibunuh juga”, namun setelah beliau sadar pertama kali yang terucap dari lisan beliau adalah : “bagaimana keadaan rasulullah ?” maka para bangsawan yang belum masuk Islam yang ada disekitarnya pun marah mendengar ucapan Abu Bakr, dan berkata : “ kami yang menyelamatkan dan membelamu, namun ketika engkau sadar orang yang pertama kali engkau tanyakan adalah Muhammad, padahal dialah yang menjadi penyebab sehingga engkau dipukuli”. Maka Abu Bakr meminta kedua anaknya untuk membantu dan membawa beliau ke rumah rasulullah, maka Rasulullah keluar dari rumahnya dan menemui sayyidina Abu Bakr kemudian mereka pun saling berpelukan dan menangis, maka tidak lama kemudian sayyidina Abu Bakr memutuskan untuk hijrah meninggalkan Rasulullah ke Habsyah dengan membawa kaum dhu’afa untuk hijrah bersamanya, maka dengan berat hati rasulullah pun mengizinkannya. Dan setelah sampai di batas Madinah sayyidina Abu Bakr bertemu dengan teman-temannya yang belum masuk Islam dan berkata : “wahai Abu Bakr, apakah engkau akan berangkat untuk berdagang?”, Abu Bakr menjawab : “tidak, namun kami akan pergi hijrah”, orang itu berkata : “Hijrah kemana wahai Abu Bakr, dan mengapa kau akan hijrah?”, Abu Bakr menjawab : “Hijrah ke Habsyah karena jika aku disana orang quraisy akan menyiksa sahabatku Muhammad, karena mereka cemburu terhadap aku”, maka orang itu berkata : “kembalilah, aku yang yang akan bicara pada pembesar-pembesar quraisy”, maka orang itu bertemu dengan pembesar quraisy dan berkata : “mengapa kalian mau mengusir orang yang sangat baik dan dermawan, suka membantu orang lain”, seakan-akan mereka mengatakan dia adalah aset besar bagi Makkah. Maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dibuatkan tempat ibadah khusus untuknya dan beliau beribadah disana, shalat dan selalu membaca Al qur’an disana, dimana ketika beliau membaca Al qur’an air mata tidak pernah bisa tertahan. Maka anak-anak, pemuda, dan kaum wanita menyukai dan mendengar bacaan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, maka kuffar quraisy marah dan menghancurkan tempat peribadatannya itu. Dan tidak lama kemudian rasulullah telah mendapatkan izin dari Allah untuk hijrah ke Yatsrib tepatnya di bulan Muharram, maka para sahabat mulai berangkat hijrah, namun sayyidina Abu Bakr belum diizinkan untuk hijrah dan rasulullah masih terus menahannya untuk tidak berangkat hijrah, hingga tiba waktunya dimana Rasulullah datang kepada Abu Bakr, dan Abu Bakr berkata : “adakah izin untuk hijrah wahai rasulullah?”, maka Rasulullah menjawab : “iya telah ada izin untuk hijrah”, Abu Bakr berkata: “bolehkah aku menemanimu wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab : “Hijrahlah bersamaku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr As Shiddiq menangis terharu karena akan hijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah sekilas dari rahasia kemuliaan turunnya Al qur’an Al Karim, hari-hari yang sulit dilewati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam 14 abad yang silam, namun perjuangan-perjuangan menuju tegaknya tauhid hingga malam hari ini belum selesai di sebagian tempat, kita yang di Jakarta merasa aman dan tenang melakukan ibadah, shalat dan lainnya, namun di sebagian wilayah di luar Indonesia masih ada jika seseorang mengenakan peci putih atau mengenakan pakaian yang islam ia dikejar-kejar dan dianggap sebagai teroris, semoga Allah subhanahu wata’ala memakmurkan muslimin, amin. Kemarin ketika saya kunjungan ke Denpasar dan Banyuwangi, subhanallah sambutan mereka luar biasa, Alhamdulillah Islam di Denpasar semakin berkembang, dan aparat keamanan sama-sama bersatu untuk mendukung majelis rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Denpasar dan 9 kabupaten lainnya, mereka mendukung dakwah ini karena dakwah ini damai dan tidak membuat perpecahan antar ummat beragama, bahkan sangat diterima oleh orang-orang hindu karena dakwah kita secara lembut dan indah dan sebagian dari mereka ada juga yang hadir di majelis. Acara dimulai setelah Isya’ dan selesai jam 22.45 WIT, lebih cepat 1 jam dari daerah Jakarta. Setelah acara selesai langsung menuju ke Banyuwangi, dikarenakan penerbangan lambat maka baru tiba di Banyuwangi jam 03.00 dini hari, kemudian paginya langsung acara Haul Al Imam Fakhrul wujud dan pembacaan maulid Ad Dhiyaa’ Al Laami’ yang pertama kali dan sekalian mengijazahkan maulid Ad Dhiyaa’ al Laami’ disana . Setelah selesai majelis di Banyuwangi langsung menuju Denpasar dan penerbangan ke Jakarta jam 17.30 WIT. Saya tidak berpanjang lebar, satu hal yang perlu saya sampaikan koreksi atas tausiah malam Selasa lalu, bahwa doa :

رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

( مريم : 4 )

“ Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalalu telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau .” ( QS. Maryam : 4 )

Itu adalah doa nabi Zakaria. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga kita diberikan keberkahan, keluhuran, pengampunan, kesehatan, kebahagian dan kesuksesan. Hanya Allah Yang Maha Mampu mengubah segala keadaan, kita tetap berusaha namun sungguh usaha kita akan lebih dimudahkan jika dibantu dengan kekuatan Allah subhanahu wata’ala. Jika seekor semut akan menempuh jarak yang jauh dan dengan kita meniupnya saja maka ia akan sampai dalam hitungan detik, terlebih lagi kekuatan Allah subhanahu wata’ala, jika DIA ingin menyampaikan kita kepada hajat kita, semoga Allah subhanahu wata’ala mempercepat pengabulan hajat-hajat kita, amin allahumma amin..

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Semoga Allah tidak lagi menyisakan sebutir dosa pun dalam diri kita, semoga acara maulid nabi besar yang akan datang sukses, semua majelis dzikir dan majelis ta’lim para ahlu sunnah waljama’ah semakin maju dan sukses sehingga menjadi benteng bagi Negara kita dari kerusakan aqidah dan musuh-musuh Islam, amin allahumma amin. Selanjutnya kita membaca qasidah Ya Arhamarrahimin untuk mendoakan muslimin muslimat, kemudian talqin kalimah tauhid dan doa penutup oleh Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, yatafaddhal masykura…
Selanjutnya..